Selasa, 11 September 2012

Tradisi Syawalan di Jimbung Klaten

Apa sih makna ketupat itu? Ketupat dalam bahasa Jawa diterjemahkan dengan “Laku Lepat” yang di dalamnya mengandung empat makna yakni: lebar, lebur, luber dan labur. Lebar artinya luas, lebur artinya dosa/kesalahan yang sudah diampuni, luber maknanya pemberian pahala yang berlebih, dan labur artinya wajah yang ceria. Secara keseluruhan bisa dimaknai sebagai suatu keadaan yang paling bahagia setelah segala dosa yang demikian besar diampuni untuk kembali menjadi orang yang suci dan bersih.Seminggu setelah Hari Raya Idul fitri masyarakat di Indonesia ada yang mengadakan kegiatan syawalan.Tradisi syawalan dikenali oleh masyarakat Jawa sebagai rangkaian dari tradisi keagamaan karena dilekatkan pelaksanaannya seminggu setelah Hari Raya Idul Fitri dilaksanakan. Bahkan dibeberapa tempat dinamakan sebagai Bakda Ketupat (Lebaran Ketupat) atau lebaran kedua setelah lebaran utama pada perayaan Idul Fitri 1 Syawal. Berbagai kelompok masyarakat di berbagai daerah mempunyai ciri dan caranya masing-masing dalam memaknai Lebaran Ketupat.



Tradisi syawalan di Jimbung
Masyarakat Klaten khususnya yang bermukim di dua desa dan dua kecamatan (Desa Krakitan, Kecamatan Bayat dan Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes) masih memegang teguh tradisi sebar ketupat yang konon diyakini ngalap berkah dari para leluhurnya atau para pendahulunya di lokasi sendang. Dalam pelaksanaan tahun-tahun berikutnya di dipindahkan ke Bukit Sidhoguro, tak jauh dari Rowo Jombor, Jimbung yang oleh masyarakat Klaten juga dikenal sebagai obyek wisata alam sendang Bulus Jimbung.


Namun di tahun 2012 ini syawalan nyebar ketupat diadakan di dua tempat. Selain di Bukit Sidoguro di dekat sendang Jimbung juga diadakan acara nyebar ketupat. Ini merupakan kali pertama setelah beberapa tahun tidak diadakan di Jimbung ini. Acara nyebar ketupat di Jimbung ini dipelopori oleh warga Jimbung sendiri yang dikelola oleh aparat desa setempat. Dalam acara tersebut setiap dusun mengeluarkan kiraban ketupat sendiri. Namun ada juga warga setempat yang mengeluarkan kiraban ketupat.
Acara yang dimulai sekitar Pk. 09.00WIB dimulai kirab  dari Balai Desa Jimbung tepatnya di desa Jiwan diarak menuju lokasi dengan berjalan kaki. Acara tersebut mengundang antusias para warga setempat dan luar jimbung. Sungguh sangat meriah dalam acara tersebut.Proses penyebaran ketupat pun juga sangat luar biasa karena mereka saling berebut memperebutkan ketupat. Bahkan mereka saling melempari ketupat. Bukan emosi tapi sebagi wujud senang alias gembira. Hehehehe....
Waduh tanpa disangka waktu saya naik ke panggung untuk mengambil gambar, tiba-tiba ada ketupat yang melayang mengenai perutku. :(. Tapi tetep bersyukur karena untung tidak mengenai kameraku.
Wah pokoknya asyik dech. Jangan lewatkan acara syawalan tahun depan ya pokonya dijamin ayik dan meriah. Nanti kalo kecapekan bisa mampir ke warung bakso dan mie ayam Bandi (punya kakakku lo) lokasinya di bawah pohon beringin besar sebelah sendang Jimbung ya dijamin uenak, murah, banyak. Hehehehe.........



Kamis, 26 Juli 2012

Mukjizat di Balik Lebah


Lebah merupakan binatang yang sangat unik. Lebah ini sangat bermanfaat bagi kehidupan ini. Tidaklah sia-sia Tuhan menciptakan segala sesuatu di dunia ini. Lebah ini bahkan menghasilkan sesuatu yang sangat bermanfaat bagi manusia sebagi obat. Sebagimana terdapat dalam Al Quran: “…Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.” (QS. An-Nahl: 69).



Tahukah anda kalau sebenarnya lebah menghasilkan 4 macam produk. Orang-orang awam hanya tahu madu sebagai produk lebah. Namun selain madu lebah juga menghasilkan royal jelly, bee polen, dan propolis.

Beberapa manfaat madu diantaranya:
  1. Madu dapat menjaga kelembaban tubuh
  2. Melancarkan buang air kecil
  3. Membantu mengeluarkan dahak
  4. Memutihkan gigi
  5. Menyuburkan rambut
  6. Menjaga metabolisme tubuh
  7. Dan masih banyak manfaat lainnya.

Hari Jadi Klaten ke 208 Tahun 2012

 

Acara peringatan HUT Klaten yang ke 208 yang jatuh pada Bulan Juli 2012 diisi dengan berbagai kegiatan. Pemerintah Kabupaten Klaten menyelenggarakan berbagai kegiatan diantaranya pentas gelar budaya, wayang kulit 101 dalang, dzikir dan sholawat, Klaten UMKN EXPO 2012 di Masjid Raya Klaten, dan masih banyak kegiatan lainnya.Kegiatan tersebut disambut meriah oleh warga Klaten dan sekitarnya. 
Kegiatan pentas wayang kulit 101 dalang diselenggarakan di sepanjang jalan pemuda mulai dari GOR Gelar sena sampai depan Pemda. Tempatnya di setiap perempatan di jalan pemuda. Ketika saya hunting foto kemarin, dari berbagai tempat kemarin yang paling ramai dan gayeng di depan BRI pusat karena dalangnya Tomo Pandoyo. Tapi akhirnya jam 02.00WIB mata ini dah gak bisa diajak kompromi lagi dan akhirnya saya pulang juga. Hehehe.....
Paginya bersamaan dengan CFD diadakan pentas budaya sepanjang jalan pemuda tapi sayang beribu sayang saya kesiangan datangnya. Makhlum habis begadang. 


Wayang kulit juga diadakan dengan dalang Ki Anom Suroto di Alun-alun Klaten. Wah ramainya luar biasa sampai saya mau ambil gambar aja nunggu sampai jam duaan karena banyaknya penonton. Hampir semua kalangan baik anak kecil, remaja, dewasa, orang tua, laki-laki maupun perempuan datang berduyun-duyun menyaksikan wayang kulit ini. Mereka rela tidur di lapangan sambil menyaksikan wayang kulit ini.


Kegiatan lainnya yaitu tari gambyong yang melipatkan 20.000 penari. Tari Gambyong yang berdurasi 17 menit dan Tari Kuda Lumping berdurasi 15 menit. 
Kegiatan reog pun juga diadakan pada sore harinya jam 15.00WIB tapi kemarin jadwalnya maju tapi saya terlambat datang dan hanya kebagian sebentar. Reog kemarin diikuti oleh 75 group reog. Bahkan diringi juga penari-penari yang cantik-cantik lo.






Rabu, 25 Juli 2012

Ada Apa dibalik Sadranan?


Pada Bulan Syakban, umat Islam banyak yang mengikuti tradisi sadranan. Ngemron menuturkan sadranan berasal dari kata shodrun yang berarti dada. Di dalam dada ada qolbun atau hati.
Oleh karena itu sebelum puasa kita dipersiapkan untuk menjaga hati ini sebaik-baiknya.
Sadranan merupakan sarana untuk mengingat kematian dan menjalin silaturahim. Siapa saja yang ingin dipanjangkan umurnya dan diluaskan rezekinya harus memperbanyak silaturahim.


Ada beberapa hal yang perlu diluruskan terkait sadranan yaitu
Pertama, tidak meminta kepada orang-orang yang sudah meninggal tapi mengingat akan kematian dan mendoakan arwah leluhur, keluarga, orangtua.
Kedua, makanan yang dibawa orang-orang yang hadir di sadranan bukan bentuk sesajen. Makanan itu merupakan sedekah karena kemudian dimakan bersama-sama. “Sajen itu tidak dimakan. Kalau di sadranan, makanannya dimakan. Ada kebersamaan ketika makan bersama,”


Di dalam masyarakat jawa, menjelang datangnya bulan suci ramadhan tepatnya dibulan Ruwah / Sya’ban ada tradisi yang bernama Sadranan. Menurut sejarah, Sadranan ini telah turun-temurun sejak dulu. Pada saat masyarakat jawa belum beragama Islam, Sadranan ini dilaksanakan sebagai pemujaan pada arwah leluhur yang telah meninggal dunia. Setiap bulah ruwah masyarakat selalu menyiapkan sesaji (sajen) yang diperuntukkan untuk para arwah-arwah tersebut. Sesaji untuk upacara pada masa lalu berwujud makanan mentah, daging mentah, dupa dan darah. Dengan berbagai sajen yang dipersembahkan kepada arwah tersebut, mereka berharap mendapatkan keselamatan, kesejahteraan dan keberkahan hidup. Semua makanan tersebut diletakkan di kuburan-kuburan, punden, batu besar, sungai, pohon besar atau ditempat yang dianggap keramat lainnya.


Era kerajaan Islam Demak dengan rajanya Raden Patah dan dibantu penasihat spiritualnya, yaitu Walisanga merupakan babak baru perubahan yang sangat mendasar atas tradisi sadranan ini. Walisanga tetap mempertahankan tradisi sadranan, tetapi substansinya diisi dengan nilai-nilai Islam. Sadranan tidak lagi dipersembahkan kepada arwah leluhur, tetapi merupakan sarana untuk mendoakan agar arwah para leluhur tersebut bisa tentram, damai di sisi Allah SWT. Makanan yang semula berupa makanan mentah, daging mentah dan darah diganti dengan makanan dan minuman yang baik, hasil dari pertanian dan peternakan yang dimiliki oleh masyarakat. Tempat Sadranan yang dulu dilakukan di pekuburan dan tempat yang dianggap keramat, dipindah dan dilaksanakan di Masjid-masjid atau rumah sesepuh. Hal ini mirip sebagaimana Rosulullah SAW berdakwah dalam menyikapi tradisi kaum jahiliyyah diantaranya dalam melestarikan tradisi Aqiqoh. Konon sebelum kedatangan Islam, kaum Quraisy jahiliyah ketika ada yang melahirkan, mereka menyembelih kambing. Namun kambing sembelihan itu dipersembahkan untuk berhala dan perut dari si bayi dilumuri dengan darah sembelihan. Ketika Islam datang, Rosulullah tetap melestarikan tradisi penyembelihan kambing ketika ada kelahiran, namun daging kambing itu di sedekahkan.
Rangkaian kegiatan sadranan ini dilaksanakan dengan berbagai variasi sesuai dengan adat masing-masing daerah. Pada umumnya sadranan diawali dengan bersih-bersih makam. Acara bersih kubur ini merupakan kegiatan pembuka dan melibatkan seluruh masyarakat desa. Setelah bersih-bersih makam, kegiatan dilanjutkan dengan membersihkan jalan-jalan, pasar, balai desa atau tempat lainnya yang memiliki fungsi sebagai tempat publik. Setelah itu, dilanjutkan dengan acara Munjung, yaitu kegiatan saling mengirim makanan kepada para kerabat, tetangga dan orang-orang yang di hormati. Munjung berasal dari kata kunjung yang artinya mendatangi. Munjung biasanya dilakukan oleh anak-anak dimaksudkan agar anak-anak lebih mengenal silsilah keluarga atau kerabat. Setelah Munjung selesai, kegiatan berikutnya adalah kenduri, selamatan atau bancakan. Kenduri ini biasanya dilakukan secara bersamaan atau dilaksanakan di Masjid yang dipimpin oleh seorang Kiyai atau orang yang disepuhkan di desa tersebut.

Selasa, 24 Juli 2012

Batik Tulis Bayat


Beberapa sentra produksi di Kecamatan Bayat, antara lain Batik Cap di Desa Beluk, Batik Tulis di Desa Jarum dan Desa Kebon, dan Batik Tenun Lurik di Desa Tegalrejo. Untuk proses pembuatan batik dari penggambaran motif batik, pembatikan, pencelupan, pengeringan, pengemasan sampai produk batik siap dipasarkan terdapat di Kabupaten Klaten itu sendiri. Sehingga tenaga kerja sebagian besar berasal dari Kecamatan Bayat yang telah menekuni usaha batik karena membatik dilakukan secara turun-temurun.





Senin, 23 Juli 2012

Uniknya Gaya Miring Proses Pembuatan Gerabah di Bayat Klaten



Bayat adalah nama sebuah kecamatan di daerah Klaten, Jawa Tengah. Salah satu dusunnya, yang bernama Pager Jurang, terkenal sebagai pusat pembuatan gerabah. Gerabah yang dibuat di sini kebanyakan untuk keperluan sehari-hari. Misalnya, mangkuk, teko air, gelas, pot, atau meja kursi. Lokasi sentra Kerajinan Gerabah Bayat ini berada sekitar 15 KM selatan kota Klaten. Di wilayah seluas kurang lebih 300M2 itu terdapat sekitar 70 pengrajin gerabah dan keramik yang menggantungkan matapencahariannya dari aneka kerajinan berbahan dasar tanah liat tersebut.



Di Bayat ini pembuatan gerabahnya dilakukan secara miring di sebelahnya. Pembuatan gerabah di Bayat memiliki sejarah yang menarik. Ceritanya, dulu, kebanyakan pembuat gerabah di Bayat adalah ibu-ibu. Pakaian ibu-ibu zaman dulu berupa kebaya dan jarik. Ini adalah kain batik yang dililitkan menutup tubuh bagian bawah. Ibu-ibu ini malu jika harus memutar perbot sambil duduk membuka kaki seperti para lelaki. Oleh karena itu, dibuatlah perbot khusus untuk mereka.
   
 “Teknik ini juga memudahkan pekerjaan mereka. Teknik putaran miring dapat menciptakan hasil gerabah berbentuk tipis dan kecil. Biasanya teknik ini menghasilkan kendi, piring dan wajan. “Keunikan proses teknik miring ini juga yang menjadi daya tarik para peneliti dari luar negeri untuk mengadakan penelitian.

Nah besok kalau berkunjung kesana Anda juga bisa membawa pulang hasilnya sebagai suvenir. Tak hanya bisa belajar gerabah saja, di sini pengunjung juga bisa mlihat aktifitas warga memproses gerabah mulai dari penyiapan tanah liat, gerabah mentah, penjemuran, hingga pada proses pembakaran dan finising.

Gerabah Bayat dibuat sealami mungkin. Pewarnaannya menggunakan tanah merah. Dibakar dengan tungku tradisional. Warna hitam kecoklatan dibuat lewat pengapasan, yang disebut proses reduksi. Sama sekali tidak menggunakan tambahan zat kimia. Prose salami ini membuat gerabah Bayat lebih aman digunakan untuk memasak atau tempat sajian makanan dan minuman.

Melirik Pembuatan Lurik Pedan Klaten


Mayarakat Klaten memiliki kain khas daerah yaitu kain Lurik Pedan yang keberadaannya hampir menghilang. Upaya pelestarian dari Pemerintah Kabupaten Klaten dengan cara mengeluarkan kebijakan tentang uji coba penggunaan pakaian Dinas tenun tradisional atau batik khas daerah yaitu kain Lurik Pedan, lalu apa yang melatarbelakangi kain Lurik Pedan itu digunakan sebagai pakaian dinas oleh Pemerintah Kabupaten Klaten. Industri kain Lurik Pedan di Klaten lebih berkembang di luar daerah Pedan, yaitu di daerah Trucuk, Cawas, dan Bayat. Industri kain Lurik Pedan yang tersebar di beberapa kecamatan di kabupaten Klaten ini tidak hanya satu industri saja namun terbagi dalam kelompok-kelompok pengrajin kain Lurik Pedan

Kain Lurik Pedan dibuat dari benang katun pilihan yang ditenun secara cermat dan teliti oleh para pengerajin di desa Pedan, Klaten dengan menggunakan alat tenun tradisional. Proses pewarnaan dimulai dari benang, sehingga warna kain depan dan belakang adalah sama. Corak tenun membentuk garis vertikal memanjang dengan kombinasi warna yang sangat variatif. Cocok untuk bahan pakaian kantor, kondangan, busana pria dan wanita, sarung bantal kursi dan aplikasi lainnya.

Setelah beberapa masa terpuruk, kini lurik mulai menggeliat. Program Lurikisasi yang diusung Pemkab Klaten dengan mengeluarkan kebijakan agar karyawan Pemkab Klaten mengenakan lurik Pedan sebagai seragam pada hari Kamis tentu saja bukan hanya bisa mengangkat kembali nama lurik, tapi juga potensi ekonomi lokal.
Kain Lurik Pedan dibuat dengan menggunakan bahan benang katun yang ditenun dengan alat tenun tradisional (ATBM). Sedangkan untuk proses pewarnaan dimulai dari benangnya, sehingga setelah benang ditenun sempurna maka warna kain depan dan belakang adalah sama. Corak-corak dari lurik sendiri cenderung vertikal memanjang. Namun corak tersebut tidak hanya monoton begitu saja. Akhir-akhir ini banyak desain-desain menarik yang coba dikembangkan oleh para pengrajin dengan desain motif yang tidak selalu berbentuk vertikal lurus dan memanjang namunada aplikasi-aplikasi lain yang membuat kain lurik ini kian menarik.

Ketika kami melakukan kunjungan kemarin cuaca sangatlah tidak mendukung karena disamping hujan juga waktu sudah terlalu sore jadi para pekerja sudah pulang hanya tersisa dua orang. Apa boleh buat kami ambil gambar seadanya. Mungkin suatu saat kalau ada waktu anda bisa langsung ke TKP lebih menyenangkan karena kita bisa melihat para pekerja yang kebanyakan mbokde-mbokde yang sedang menganyam lurik dengan penuh ketulusan dan kesabaran.....


Minggu, 22 Juli 2012

Kirab SBC 2012


Solo Batik Fashion merupakan event tahunan yang ditujukan untuk memberikan fasilitas kepada industri batik fashion dalam hal ini Designer Independen, Rumah Produksi maupun UKM khususnya yang berbahan dasar batik. SBC keempat kali ini diadakan di Gladag selama 3 hari mulai tanggal 13 hingga 15 Juni 2012. Event ini diikuti oleh puluhan model dan 26 desainer.
Acara ini dibuka oleh Wawali FX Rudiyatmo, yang mewakili Walikota Solo Jokowi yang sedang mengikuti pemilihan Gubernur di Jakarta. Dalam sambutannya wawali berharap Kota Solo dapat menjadi ibukota batik di Indonesia. 
Usai tampil dari Stadion Sriwedari, Peserta SBC akan di kirab di sepanjang Jl. Slamet Riyadi hingga Balaikota Surakarta
SBC kali ini tidak semeriah tahun 2011 kemarin kameran SBC tahun ini tanpa Jokowi. Bahkan jalannya pun tak semacet tahun kemarin. Cuma SBC tahun ini agak kesulitan dalam mengambil fotonya karena penonton terlalu dekat dengan kirab. Bahkan banyak penonton yang minta foto bersama dengan kirab.


Kirab Solo Batik Carnival(SBC) 2011



Solo Batik Carnival (SBC)  adalah karnaval dengan menggunakan costum yang berbahan dasar Batik dengan  berbagai macam kreasi dan model. SBC ini sudah ada dari 2008, 2009, sampai sekarang 2010. 
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang biasanya digelar pada waktu siang/sore hari, SBC tahun ini akan digelar pada malam hari, yaitu akan dimulai sekitar pukul 19.00 WIB pada tanggal 25 Juni 2011 nanti.
Sama seperti tahun lalu, SBC tahun ini akan menempuh rute: start di Solo Centre Point (SCP) Purwosari dan finish di Balikota Surakarta.
Sebanyak 324 karya kostum ditampilkan dalam gelaran SBC 2011. Di antara para peserta SBC terdapat pula sejumlah penari dan pembawa properti berjalan sebagai pendukung setting masing-masing cerita legenda. Sebanyak sekitar 600 orang terlibat dalam gelaran akbar tersebut. Seluruh peserta membentuk barisan rapi yang panjangnya mencapai sekitar 500 meter di titik start.

Tak hanya berjalan dan memeragakan kostum saja, para peserta berlenggok  mengikuti alunan musik dari Temperente Percussion. Setiap gerakan dan alunan musik iringan disesuaikan dengan tema cerita legenda dari masing-masing kelompok. Alunan musik etnik nan lembut dari Temperente Percussion membuat suasana mistis terbangun dalam gelaran SBC 2011 kali ini.


Sesuai dengan konsep kemasan gelaran SBC 2011 yakni opera jalanan, maka properti dan setting pun diperhatikan dengan seksama. Pada garis start, penonton dan tamu undangan dibuat terpesona dengan pemainan lighting dan setting terowongan dari 200 bambu yang berjajar sepanjang sekitar 50 meter. Posisi tamu undangan yang berada di dalam terowongan tersebut memberi kesan bahwa mereka seolah-olah terlibat langsung dalam pertunjukan. Properti pun sangat diperhatikan dalam pertunjukan SBC 2011 disesuaikan dengan tema masing-masing kelompok.

Jam 18.00WIB saya beranjak dari rumah menuju Solo. Sampai di Solo ternyata macet total. “Alon-alon waton kelakon”. Dengan merambat akhirnya sampai di dekat BCA Gladag Solo. Sekitar satu jam saya menunggu rombongan kirab datang. Sambil menunggu kami diajak bicara dengan seorang ibu namanya Bu Narti. Dia sangat rendah hati dan malah meramal kami. Hehehe..... Lama kelamaan dia bercerita tentang orang-orang yang berpangkat di lingkungan Solo dan Indonesia. Semakin penasaran sebenarnya dia siapa sih? Akhirnya setelah rombongan datang dia bicara , mas itu lo anakku yang berada di kereta kencana. Hah????? Ternyata dia orang berpangkat  di Keraton tapi menyusup ke rakyat. Wah salut aku sama dia tapi sayangnya lupa gak minta no hpnya. Hehehe.........

Kirab Gusti Kanjeng Ratu Bendara dan Kanjeng Pangeran Haryo Yudanegara


Masyarakat antusias ingin menonton kirab pengantin putri bungsu Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gusti Kanjeng Ratu Bendara dan Kanjeng Pangeran Haryo Yudanegara pada Selasa (18/10) sore.

Kirab pengantin juga menyedot antusias warga di sekitar DIY, seperti Kabupaten Gunung Kidul, Bantul, Kulon Progo, dan Sleman. " Bahkan dari Klaten pun juga ada diantaranya saya sendiri dan teman-teman, Hehehe....

Beberapa ruas jalan yang ditutup, antara lain jalan di sekitar Alun-alun Utara, simpang empat Kantor Pos Besar, Jalan Ahmad Yani hingga Malioboro akan ditutup setelah pukul 16.00 WIB sebelum kirab berlangsung. Sebanyak 2.500 tamu undangan diperkirakan akan menghadiri resepsi pernikahan putri bungsu Sri Sultan Hamengku Buwono X. "Tamu undangan itu akan hadir pada resepsi pernikahan di Kepatihan.


 Waktu itu saya dan teman-teman kantor dari Klaten jam 13.00WIB. Dengan penuh semangat meskipun panas matahri yang menyengat kulit kami tetap optimis. Sampai disana wah sudah penuhnya luar biasa. Mencari parkir mobil aja sulit banget.
Mau motret pun juga sulit karena penonton yang sangat banyak memadati jalan. Akhirnya saya pun bisa menerobos masuk tapi ya masih aja ketutupan penonton. Apa boleh buat motret seadanya dan sebiasanya memanfaatkan situasi dan kondisi yang ada aja deh. Akhirnya kami pingin minum es dan makan gratis karena waktu itu PKL semuanya dikontrak dan warga gratis makan sepuasnya. Pa boleh buat nasibnya lagi apes semua makanan minumean ludes gak kebagian.... terpaksa jalan-jalan cari minuman botol hingga kumandang adzan maghrib menggema....



Jumat, 20 Juli 2012

Megahnya Gunung Merapi




Merapi (ketinggian puncak 2.968 m dpl, per 2006) adalah gunung berapi di bagian tengah Pulau Jawa dan merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia. Lereng sisi selatan berada dalam administrasi Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sisanya berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang di sisi barat, Kabupaten Boyolali di sisi utara dan timur, serta Kabupaten Klaten di sisi tenggara. Kawasan hutan di sekitar puncaknya menjadi kawasan Taman Nasional Gunung Merapi sejak tahun 2004.
Gunung ini sangat berbahaya karena menurut catatan modern mengalami erupsi (puncak keaktifan) setiap dua sampai lima tahun sekali dan dikelilingi oleh pemukiman yang sangat padat. Sejak tahun 1548, gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali.[rujukan?] Kota Magelang dan Kota Yogyakarta adalah kota besar terdekat, berjarak di bawah 30 km dari puncaknya. Di lerengnya masih terdapat pemukiman sampai ketinggian 1700 m dan hanya berjarak empat kilometer dari puncak. Oleh karena tingkat kepentingannya ini, Merapi menjadi salah satu dari enam belas gunung api dunia yang termasuk dalam proyek Gunung Api Dekade Ini (Decade Volcanoes)




Meskipun cukup sering meletus Gunung Merapi sangat berperan penting bagi kehidupan orang Jawa dan Kesultanan. Letusan Merapi yang berupa lava, abu dan mineral vulkanik yang menyebar ke daerah sekitarnya, membuat tanah - tanah di sekitar gunung ini subur dan paling subur di dunia, hal ini menjadikan kawasan disekitar Gunung Merapi dipadati oleh para penduduk.

Gunung berapi yang megah ini berbentuk kerucut, dengan ketinggian 2.911 meter di atas permukaan laut, gunung ini juga berperan penting dalam menentukan kehidupan kerajaan dan alam di wilayah Jawa. Pada awal abad ke - 11, kerajaan Mataram kuno menghilang secara misterius, dan tiba - tiba bergeser ke Jawa Timur. Para ilmuwan menduga bahwa kekuatan letusan Merapi pada tahun 1006 Masehi merupakan penyebab kehancuran kekaisaran Mataram.

Jelajah Candi Sojiwan Prambanan


Candi SOjiwan berada di Desa Kebondalem Kidul, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten. Candi Sojiwan ini merupakan candi Buddha. Hal ini dapat kita temuai pada bagian atas candi tersebut terdapat stupa dan di sekitarnya pun juga kita temukan stupa. 
Cani SOjiwan ini dibuat pada tahun 907 Masehi oleh Raja Balitung dari Kerajaan Mataram Kuno.Namun ada versi lain yang menyebutkan bahwa Candi Sojiwan ini dibuat oleh Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya yang dipersembahkan kepada istrinya Pramodawardhani dari Dinasti Syailendra pada pertengahan abad ke-9.
 

Menelusuri Jejak Air Terjun Sungai Luweng Gedang Sari Gunung Kidul

 

Air terjun Sungai Luweng terletak di Daerah Gedang Sari perbatasan Klaten dan Gunung Kidul. Jalurnya kalau dari arah Klaten ke selatan melewati Wedi, Sampang ke selatan terus sampai tiba di suatu desa. Nah setelah sampai situ tanya aja penduduk sekitar daripada nanti kesasar. Hehehe.... Biasanya di musim kemarau airnya sedikit dan kita bisa menikmati indahnya batu-batuan yang bebentuk kayak irisan roti. 

Di Luweng Sampang ada Air Terjun kecil, dengan corak berbatuan seperti Green Canyon, tapi ini di dekat Perbatasan Yogyakarta, tepatnya antara Desa Jogoprayan Kecamatan Gantiwarno Klaten Jawa Tengah dengan Desa Sampang Kecamatan Gedangsari Gunungkidul D.I. Yogyakarta. Orang sekitar menyebutnya luweng sampang, karena memang lokasinya berada di desa sampang, daerah sungai tersebut menyuguhkan pemandangan yang menarik, terutama motif batu batuannya, mungkin karena batu tersebut sudah cukup lama terkena air jadi tergerus mengikuti aliran air.

 

Kamis, 19 Juli 2012

Ademnya gerojokan Curuk Bayat

Sungai Curuk terletak di Desa Tegalrejo, Gunung Kidul. Lokasinya dari arah Bayat ke selatan terus kira-kira 3km. Suasananya sangat adem dan menyejukkan sekali.Biasanya kaluau pengunjung kena tarif masuk kayaknya dua ribu rupiah. Karena dulu waktu saya kesana saya gak ditarik mungkan takut nyegat atau malah kasian kali ya. hehehe.....
Tempat ini biasanya banyak pengunjungnya anak-anak kecil dan remaja. Mereka biasanya mandi di air terjun pertama yang grojogannya ada  dua berdampingan. Mereka melompat dari atas sambil berteriak. Nah biasanya mereka yang ingin meluapkan emosinya kesini aja dengan berteriak sekencang mungkin.(bercanda).




Serelah sudah puas dengan air terjun pertama jangan pulang dulu karena ada obyek yang lebih menarik lagi. Nah kalian naik lagi kira-kira 100m. Nah nanti kita bisa menikmati air terjun 3 titik yang berdampingan seperti pada tampak di atas.
Ketika saya kesana mau hunting foto ini agak rikuh karena disana banyak anak-anak muda yang brepacaran. Ketika menelusuri sungai disni hati-hatilah karena batu-batunya licin.
Wah pasti gak sabar pengen liat dan merasakan sejuknya udara disana ya? Buruan langsung ke TKP aj ya.

Melihat Sejarah Peninggalan Candi Plaosan


Candi Plaosan terletak di Dukuh Plaosan, Bugisan, Prambanan, Jawa Tengah.
Candi Plaosan yang merupakan candi Buddha ini oleh para ahli diperkirakan dibangun pada masa pemerintahan Rakai Pikatan dari Kerajaan Mataram Hindu, yaitu pada awal abad ke-9 M. Salah satu pakar yang mendukung pendapat itu adalah De Casparis yang berpegang pada isi Prasasti Cri Kahulunan (842 M). Dalam prasasti tersebut dinyatakan bahwa Candi Plaosan Lor dibangun oleh Ratu Sri Kahulunan, dengan dukungan suaminya. Menurut De Casparis, Sri Kahulunan adalah gelar Pramodhawardani, putri Raja Samarattungga dari Wangsa Syailendra. Sang Putri, yang memeluk agama Buddha, menikah dengan Rakai Pikatan dari Wangsa Sanjaya, yang memeluk agama Hindu.
Pendapat lain mengenai pembangunan Candi Plaosan ialah bahwa candi tersebut dibangun sebelum masa pemerintahan Rakai Pikatan. Menurut Anggraeni, yang dimaksud dengan Sri Kahulunan adalah ibu Rakai Garung yang memerintah Mataram sebelum Rakai Pikatan. Masa pemerintahan Rakai Pikatan terlalu singkat untuk dapat membangun candi sebesar Candi Plaosan. Rakai Pikatan membangun candi perwara setelah masa pembangunan candi utamanya.





Kompleks Candi Plaosan Lor memiliki dua candi utama. Candi yang terletak di sebelah kiri (di sebelah utara) dinamakan Candi Induk Utara dengan relief yang menggambarkan tokoh-tokoh wanita, dan candi yang terletak di sebelah kanan (selatan) dinamakan Candi Induk Selatan dengan relief menggambarkan tokoh-tokoh laki-laki. Di bagian utara kompleks terdapat masih selasar terbuka dengan beberapa arca buddhis. Kedua candi induk ini dikelilingi oleh 116 stupa perwara serta 50 buah candi perwara, juga parit buatan.
Pada masing-masing candi induk terdapat 6 patung/arca Dhyani Boddhisatwa. Walaupun candi ini adalah candi Buddha, tetapi gaya arsitekturnya merupakan perpaduan antara agama Buddha dan Hindu.
Candi Induk Selatan Plaosan Lor dipugar pada tahun 1962 oleh Dinas Purbakala. Sementara itu, Candi Induk Selatan dipugar pada tahun 1990-an oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Tengah.




Selasa, 17 Juli 2012

Menikmati Indahnya Pantai Sundak


Pantai Sundak terletak di Desa Sidoharjo, Kecamatan Tepus, Kabupaten GunungkidulNama pantai Sundak mulai digunakan setelah pantai ini menjadi tempat pertarungan anjing dan landak. Pertarungan terjadi karena seekor aning yang sedang kelaparan secara kebetulan berjumpa dengan seekor landak. Disana, terdapat batu-batu karang kecil berjajar dan menjadi persembunyian biota-biota laut. Daya tarik lain pantai ini adalah pohon-pohon yang membuatnya sejuk, hembusan angin laut diosekitar pantai akan semakin membuat kita betah dan ingin kembali kesini